History from memory

Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Pecahan Mozaik - Hanya Isyarat

Kisah ini terasa semakin berat membebani lidah.
Aku sampai dibagian bawah aku telah jatuh cinta.
Namun, orang itu hanya mampu kugapai sebatas punggungnya saja.
Seseorang yang cuma sanggup kuhayati bayangannya dan tak akan pernah kumiliki keutuhannya.
Seseorang yang hadir sekelebat bagai bintang jatuh yang lenyap keluar dari bingkai mata sebelum tangan ini sanggup mengejar.
Seseorang yang hanya bisa kukirimi isyarat sehalus udara, langit, awan, atau hujan.
Seseorang yang selamanya harus dibiarkan berupa sebentuk punggung karena kalau sampai ia berbalik, niscaya hatiku hangus oleh cinta dan siksa
--Hanya Isyarat_Rectoverso--

       Sekerjap aku terdiam membaca 1 paragraf yang tertuang dalam buku Rectoverso itu. Ya aku terdiam. Aku terdiam mengingatmu, aku terdiam mengingat kode itu, aku terdiam mengingat segalanya tentang kamu.
Lama sudah aku menutup semuanya dan ketika butiran itu hampir saja terkubur, mereka membukanya kembali. Aku teringat kembali, aku menyusun mozaik kembali, aku menyatukan dan membaca setiap tingkahmu. Kamu masih seperti biasanya. Sometimes you looks mysterious, but sometimes you had joke and i'm glad to see your smile :)
       Aku sadar membuka butiran itu lagi hanya akan menimbulkan tebaran yang tak berarti. Mereka yang membantu menyatukan kode hanya akan membuat harapan ini kembali menguak. Honestly, disatu sisi aku senang apabila mozaik yang mereka susun benar adanya, tetapi disisi lain aku tak mau harapan itu semakin tinggi. Ya mozaik ini semacam butiran debu. Apabila disimpan tak cukup berguna dan ketika ditebar hanya akan menimbulkan luka.












  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Posting Komentar